Tentang

SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA GEREJA TORAJA MAMASA (GTM) JEMAAT TAMALANREA

Keberadaan GTM  Jemaat Tamalanrea dari Januari 1981 sampai pada saat  sekarang ini.

1. Gereja Toraja Mamasa (GTM) Jemaat Ebenhaezer yang beralamat di Jl. S. Saddang 1 / II Ujung Pandang mempunyai anggota jemaat yang cukup banyak yang tersebar di Kotamadya Ujung Pandang, diantaranya sebagian di sekitar Kec. Panakkukang dan Kec. Biringkanaya, karena wilayah pelayanan yang cukup luas sehingga seluruh anggota Jemaat Ebenhaezer  yang berdomisili pada daerah tersebut dibentuk menjadi Daerah Pelayanan XII dengan aktivitas pelayanan ibadah hari Minggu dibawah tanggung jawab Badan Pekerja Majelis Jemaat Ebenhaezer namun dikoordinir langsung oleh beberapa majelis yang berdomisili di Daerah Pelayanan XII tersebut. Untuk mengadakan pengembangan  pelayanan yang lebih baik, maka  seluruh anggota jemaat Dapel XII Jemaat Ebenhaezer  mengadakan pertemuan  yang dirangkaikan dengan ibadah natal   pada bulan Desember 1980 di rumah salah satu anggota jemaat (Bapak P.J. Manala)  dengan alamat Asrama Polisi Tello Baru. Pada pertemuan tersebut  mendapat kesepakatan  untuk mengadakan ibadah hari Minggu  pada salah satu rumah anggota yang dianggap cukup strategis dan memungkinkan  dapat dijangkau seluruh anggota jemaat  baik saat ini maupun di masa yang akan datang, yaitu di rumah Bapak Kessu` Karel yang tepatnya di  Jl. Perintis Kemerdekaan IV Lr. 3 Lingkungan Tamalanrea.

2. Pada tanggal 18 Januari 1981, ibadah hari Minggu  dimulai di rumah Bapak Kessu` Karel. Jumlah yang  beribadah setiap hari Minggu dari Januari – April 1981 rata – rata 80  orang . sekalipun ibadah ini dilaksanakan di rumah, namun dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan  seluruh anggota jemaat. Selanjutnya dibentuklah Panitia Perencana Pembangunan Tempat Ibadah  dengan status Pos Pelayanan dari Jemaat Ebenhaezer. Dalam kegiatan ini, semuanya dilaporkan kepada pemerintah dalam hal ini Camat Biringkanaya, Kepala Lingkungan Tamalanrea dan Ketua ORK 9 serta Ketua  RT C / RK 9 dengan Nomor. 014/GTM/JEH/1981 tanggal  05 Pebruari 1981, bahkan dilaporkan kepada Bapak Walikotamadya Ujung Pandang pada tanggal 20 April  1981  dengan 14 tembusan.

3. Dalam perkembangan yang dialami, maka Panitia Pembangunan Rumah Ibadah pada Bulan April 1981 sepakat menggunakan sebagian tanah milik  Bapak Drs. Jophie Andarias dengan status pinjam pakai. Maka didirikanlah sebuah bangunan tempat ibadah  yang terbuat dari bambu.

4. Dengan berdirinya bangunan tempat ibadah yang bersifat darurat, maka kebaktian hari Minggu selama  ±3 bulan  di rumah Bapak Kessu` Karel  dialihkan ke tempat ibadah  yang baru tersebut.  Dalam kondisi serba darurat ini, anggota jemaat Dapel XII sepakat membeli sebidang tanah lokasi ukuran 20 x 20 m2 di samping  Kompleks Perumahan Unhas  dengan cara cicil sampai lunas. 

5. Untuk memenuhi keinginan anggota jemaat  agar akses mereka ke gereja lebih dekat, maka dilakukanlah pembicaraan secara kekeluargaan terhadap Bapak Drs. Jophie Andarias agar lokasi  yang dipinjam dapat ditukar  dengan lokasi milik anggota jemaat.  Suatu sukacita dan ungkapan terima kasih kepada Bapak Drs. Jophie Andarias  karena bersedia menerima tawaran tersebut sehingga lokasi yang dimaksud dapat dipertukarkan. 

6. Berdasarkan data keadaan anggota pada awal April 1983 sebanyak 93 KK atau ± 550 jiwa, maka pada tanggal 03 April  1983 ditetapkan  perubahan status dari Pos Pelayanan menjadi Cabang Kebaktian GTM Jemaat Ebenhaezer.

7. Pada tahun 1984  jumlah anggota jemaat bertambah menjadi 135 KK atau sekitar ± 675 jiwa. Pada tahun yang sama panitia dan anggota jemaat bersama – sama melaksanakan pembangunan dari gedung darurat dirobah menjadi bangunan semi permanen  yang selanjutnya diberi kepercayaan dari  jemaat induk (Jemaat Ebenhaezer) untuk memanfaatkan sumbangan  dari anggota jemaat  dan simpatisan  untuk pembangunan gedung gereja Cabang Kebaktian Tamalanrea.

8. Pada tanggal 08 Maret 1987, status Cabang Kebaktian menjadi jemaat yang berdiri sendiri  setingkat dengan jemaat – jemaat lainnya dalam wilayah GTM melalui upacara  /  kebaktian peresmian jemaat baru yaitu Jemaat Tamalanrea  sebagai jemaat yang ketiga dalam lingkungan GTM Klasis Ujung Pandang  setelah Jemaat  Ebenhaezer, dan Jemaat Moria.  Dalam upacara tersebut  turut hadir dan memberi sambutan  Bapak Walikotamadya  Ujung Pandang ( Jancy Raib) bersama anggota jemaat dan para undangan yang berjumlah ±  800 orang. 

9. Di bidang pelayanan, selain kebaktian  umum ( Hari  Minggu dan hari raya) yang dilakukan di gereja, juga kegiatan – kegiatan intern seperti kegiatan kaum wanita dan pemuda, kegiatan Anak Sekolah Minggu dan Remaja, juga kebaktian giliran bagi setiap anggota jemaat  (Kepala Keluarga).

10. Berdasarkan data anggota pada bulan Desember 1987, tercatat sebanyak 170 KK atau  ± 1300 jiwa.  Dengan membandingkan fasilitas ruangan yang tidak dapat menampung anggota dalam 1 kali kebaktian, maka mulai tanggal 06 Desember 1987 diadakanlah kebaktian hari Minggu 2 kali yaitu jam 06.00 dan jam 09.00 Wita.

 11. Dalam rangka memantapkan dan memajukan  pelayanan persekutuan, maka dipandang perlu menghadirkan seorang hamba Tuhan (Pendeta jemaat). Oleh karena itu BPHM Jemaat Tamalanrea menyampaikan surat ke BPHS-GTM di Mamasa dengan No. 17/GTM-JT/ 1989 tanggal 15 Maret 1989 tentang nama – nama pendeta yang akan dipilih oleh anggota jemaat  untuk melayani  di Jemaat Tamalanrea. Pada pemilihan tersebut, terpilihlah Bapak Pdt. Yusuf Tupalangi, S.Th sebagai pendeta jemaat Tamalanrea yang pertama dan diteguhkan pada tanggal 09 Juli 1989.

12. Pada tahun 1991 Jemaat Tamalanrea  dibagi atas 7 Daerah Pelayanan dengan jumlah anggota sebanyak 209 KK. Pelayanan Pdt. Yusuf Tupalangi, S.Th berakhir pada bulan Januari 1983 karena dimutasi ke Sinode GTM menjadi Sekretaris Umum berdasarkan Keputusan Sidang Sinode  tahun 1992.

13. Stafet pelayanan silih berganti. Pada tanggal 24 Januari 1993, dilakukan ibadah peneguhan Bapak Pdt. Frans Toppo, Sm.Th. Karena kondisi jemaat yang semakin bertambah banyak sesuai data per 15 Agustus 1996  sebanyak 283 KK ditambah dengan mahasiswa sehingga jumlahnya sekitar ± 1700 jiwa yang dilayani oleh majelis sebanyak 87 orang dan 1 orang pendeta,  sehingga  majelis bekerjasama dengan Panitia Pembangunan merencanakan renovasi dan pembangunan gedung gereja yang lebih besar dan permanen. Maka pada tahun 1996, anggota jemaat dapat membeli tanah milik salah seorang anggota jemaat (Bapak Kessu` Karel) seluas      300 m2  sehingga luas lokasi gereja menjadi 900 m2. 

14. Mengingat kapasitas ruangan gedung gereja sudah tidak memungkinkan lagi jika ibadah dilaksanakan hanya 2 kali saja pada hari Minggu, maka diputuskan bersama agar ibadah hari Minggu mulai tanggal 01 September 1996 diadakan  sebanyak 3 kali yaitu jam 06.00, 09. 00 dan 18.00 Wita.

15. Pelayanan Pdt. Frans Toppo, Sm.Th di Jemaat Tamalanrea telah mencapai dua periode atau kurang lebih 10 tahun dengan masa tugas berakhir pada bulan Desember 2002. Sebagai wujud persekutuan yang makin mapan namun seorang pelayan tetap diharapkan kehadirannya untuk melayani di jemaat, sehingga kesepakatan mejelis dan anggota jemaat dipilihlah Pdt. Yuliana Allo, S.Th untuk menjadi gembala di jemaat Tamalanrea  dan diteguhkan pada bulan Januari 2003. 

16. Tugas Pdt. Yuliana Allo, S.Th hanya berlangsung selama ± 3 tahun, yaitu berakhir pada bulan September 2006  karena beliau terpilih sebagai Wakil Sekretaris  BPHS-GTM melalui Sidang Sinode di Polewali tahun 2006. Maka secara otomatis tugas pelayanannya  di Jemaat Tamalanrea harus berakhir saat itu.  Untuk selanjutnya pelayan di GTM Jemaat Tamalanrea atas kuasa dan kehendak Tuhan, maka Pdt. Musa, S.Th melalui proses mutasi dari Jemaat Saruran di Polewali ke Jemaat Tamalanrea  dapat berlangsung dengan baik  dan selanjutnya  ibadah peneguhan dilaksanakan pada tanggal 17 September  2006.

17. Pelayanan hamba Tuhan ini berjalan dengan lancar. Baik pelayanan ibadah hari Minggu maupun ibadah – ibadah  rumah tangga bahkan dapat melakukan perkunjungan ke rumah – rumah anggota jemaat  yang tersebar dari Km. 4 sampai ke Sudiang  dengan jumlah anggota sebanyak 395 KK atau ± 2400 jiwa. Selaku manusia biasa, tentu ada keterbatasan seiring dengan semakin bertambahnya jumlah anggota jemaat sehingga majelis bersama anggota jemaat sepakat untuk menambah pelayan sehingga ditetapkanlah      Pdt. Sara Tangke, S. Th  untuk menjadi pelayan bersama – sama dengan Pdt. Musa, S.Th yang pengurapannya dilaksanakan pada tanggal 18 April 2009.

18. Kedua pendeta jemaat ini bersama – sama menjalankan pelayanan dengan baik  dan lancar dibarengi dengan bertambahnya anggota jemaat. Sesuai data keanggotaan dari Dapel I sampai Dapel IX pada bulan September 2011, jumlah anggota jemaat Tamalanrea sebanyak 445 KK atau ± 3000 jiwa termasuk mahasiswa  yang berdomisili di sekitar gedung GTM Jemaat Tamalanrea.

Demikianlah sejarah singkat berdirinya GTM Jemaat Tamalanrea.